Sabtu, 20 Maret 2010

INFO PENDAFTARAN MAHASISWA BARU 2010/2011 ISI Yogyakarta

PENDAFTARAN CALON MAHASISWA
A. JALUR REGULER
1. Pengambilan Formulir Pendaftaran

Formulir Pendaftaran dapat diperoleh dengan membayar Rp. 10.000,00 di Sekretariat Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru ISI Yogyakarta Gedung Rektorat, Jalan Parangtritis Km.6,5 Sewon, Bantul. Telepon (0274) 379133, 373659 Fax (0274) 371233.

Pendaftaran dibuka tanggal

Mei s/d Juni 2010 (Gelombang I)
Juli 2010 (Gelombang II)

Jadwal lengkap akan diinformasikan lain waktu.
2. Pengembalian Formulir Pendaftaran

Formulir pendaftaran dibuat rangkap 2 dan diserahkan pada Sekretariat Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru ISI Yogyakarta. Formulir diisi dengan lengkap dan dilampiri dokumen sebagai berikut:
Satu lembar foto copy ijazah/STTB SMTA dan NUN atau Surat Keterangan telah mengikuti Ujian Akhir dari Kepala Sekolah yang bersangkutan.
Empat lembar pasfoto hitam putih ukuran 4×6, tujuh lembar bagi yang juga mengambil pilihan II.

B. JALUR PENELUSURAN MINAT DAN KEMAMPUAN (PMDK)

Pendaftaran calon mahasiswa baru melalui jalur PMDK dilaksanakan oleh masing-masing jurusan, dengan ketentuan sebagai berikut:
Lulusan SMK/SMA
Termasuk 10 besar ranking kelas, nilai rapor semester 4 dan 5 rata-rata 7.
Memiliki keahlian khusus bidang seni sesuai Program Studi pilihan.
Memiliki sertifikat prestasi di bidang seni Tingkat Kabupaten /Propinsi/Nasional.
Rekomendasi dari Kepala Sekolah.
Mengikuti Placement Test
Biaya administrasi Rp 75.000,00

C. JALUR UTUSAN DAERAH

Utusan daerah/perorangan untuk kepentingan pengembangan potensi di bidang seni.
Memiliki prestasi di bidang seni.
Rekomendasi dari pemerintah daerah/instansi tempat bekerja.
Lulus SLTA /sederajat.
Bebas test masuk.
Biaya administrasi Rp. 150.000,00

D. JALUR LINIER (Jurusan/Prodi yang akan ditempuh sama dengan pendidikan sebelumnya)

Jurusan/Program Studi yang membuka jalur linier : Jurusan Tari, Karawitan, Teater, Etnomusiklogi, Pedalangan, Seni Murni, Kriya, Fotografi, dan Televisi.
Bebas tes Masuk
Biaya administrasi Rp. 150.000,00.

E. JALUR NON REGULER

Dibuka pada Program Studi Disain Komunikasi Visual (Fakultas Seni Rupa) dan Program Studi Seni Musik (Fakultas Seni Pertunjukan)
Biaya administrasi Rp. 150.000,00.

F. JALUR LANJUTAN/PINDAHAN

Kesempatan bagi mahasiswa Perguruan Tinggi lain yang akan studi lanjut ke ISI Yogyakarta.
Mengajukan surat lamaran kepada Rektor ISI Yogyakarta dilampiri formulir pendaftaran yang telah tersedia.
Foto copy Ijazah DIII/setara dan atau transkrip nilai yang telah dilegalisasi.
Surat Keterangan Akreditasi Perguruan Tinggi asal.
Mengikuti Placement Test oleh Jurusan/Program Studi.
Biaya administrasi Rp. 250.000,00.

KETENTUAN UMUM
Biaya penyelenggaraan Rp 150.000,00 dibayarkan pada saat pengembalian formulir pendaftaran berlaku untuk semua fakultas. Biaya tambahan penyelenggaraan untuk program studi Pilihan Kedua jalur reguler sebesar Rp. 75.000,00.
Pernyataan kesanggupan membayar Sumbangan Peningkatan Mutu Akademik (SPMA) dan Biaya Satuan Kredit Semester (SKS).
Surat Keterangan Catatan Kepolisian (SKCK) dari POLRI yang masih berlaku.
Surat keterangan penghasilan orang tua yang telah disahkan oleh Bendaharawan (untuk PNS, TNI/POLRI, Karyawan Swasta) dan untuk yang lainnya disahkan oleh Kepala Desa setempat.
Surat keterangan sehat dan bebas Narkoba dari Dokter.
Catatan : Setelah dinyatakan diterima, butir 3, 4, 5 dapat diserahkan pada saat registrasi.

KETENTUAN KHUSUS

Selain persyaratan di atas, calon diwajibkan pula memenuhi persyaratan, yaitu:
Tidak buta warna menurut dokter spesialis dan kecacatan yang menghambat proses belajar untuk Fakultas Seni Rupa semua jurusan.

MATERI UJIAN MASUK

FAKULTAS SENI RUPA
Test Menggambar Bentuk (Untuk Jurusan Seni Murni dan Kriya).
Test Praktek Jurusan/program studi yang dipilih. (untuk Program Studi Desain Interior tes menggambar perspektif sebuah ruangan. misal ruang tamu, kamar tidur, ruang makan, dll. berbeda setiap tahun)
Test Wawancara

JADWAL UJIAN MASUK

Ujian Masuk dilaksanakan di kampus/fakultas masing-masing dengan jadwal sebagai berikut :

Gelombang I : Juni 2010
Gelombang II : Agustus 2010

Jadwal lengkap akan diinformasikan lain waktu.

info lengkap dapat dilihat di www.isi.ac.id

Berawal dari sebuah kerja team



Berawal dari mengobrol santai di lantai 3 FSRD DKV ISI Yogyakarta berasama kawan kawan siang itu kami bersendagurau bersama. Dengan celoteh celoteh dan chanda maka munculah ide ide membuat acara Sharing untuk santai bersama kawan kawan mahasiswa untuk menyinggung fenomena perkembangan dunia komunikasi saat ini. Dengan itu maka di rancanglah rangkaian kegiatan rutin dalam mengisi waktu senggang yaitu dengan sebuah acara berbentuk creative sharing. It's fun and it works merupakan kegiatan yang di lakukan oleh studio diskom ISI Yogyakarta pada tanggal 17 Maret 2010 lalu. Kegiatan yang menghadirkan Roby Setiawan dan Iqbal rekarupa sebagai pembicara ini membahas tentang media periklanan yaitu embient media. Dengan Ipung Kurniawan selaku moderator perbincangan sore itu yang berdurasi kurang lebih dua setengah jam menjadi lebih seru dan menarik. Terimakasih untuk seluruh peserta dan semua pendukung acara ini dan semoga hal ini dapat menjadi kegiatan yang cukup baik untuk di lestarikan di lingkungan DKV ISI khususnya.






Senin, 15 Maret 2010

Pesta Buku Jogja 2010 Bersama Diskom Drawing Foundation (DDF)



Photo by Yungky Indratno

Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) DIY bekerja sama dengan SKH Kedaulatan Rakyat menggelar Pesta Buku Jogja 2010 di Jogja Expo Center (JEC) 10-15 Maret mendatang. Untuk menyegarkan PBJ-2010 tersebut dibuat mural Ikapi di sejumlah titik, antara lain Pojok Beteng (Jokteng) Wetan, Jalan Kusumanegara, depan Plengkung Gading, Sagan dan Janti, Kamis (4/3) siang. Untuk mengawali pembuatan mural dilakukan penggoresan pertama, dilakukan Syarif Tholib (Ketua Ikapi DIY), Listiyanto (Ketua Panitia PBJ), sejumlah panitia PBJ, Apri Dhian, Sholeh UG, Irpan Mutaqim. Mural dikerjakan mahasiswa DKV ISI Yogyakarta yang tergabung dalam Diskom Drawing Foundation (DDF) dibina Aznar Zacky (dosen DKV ISI Yogya). Syarif Tholib, Listiyanto, Sholeh UG dan Apri Dhian kepada KR mengatakan, mural dipilih panitia PBJ Ikapi DIY sebagai bentuk sosialisasi kegiatan. "Ini bentuk kampanye ayo membaca dan mencintai dunia perbukuan," kata Listiyanto. Tahun ini, PBJ memilih tema 'Keluarga Membaca Bangsa Bercahaya'. Sedangkan Aznar Zacky mengatakan, menyosialisasikan dunia perbukuan dengan mural tentu ini menjadi tantangan tersendiri. Untuk itu, sebelum dituangkan dalam mural perlu survei terlebih dahulu, objek apa yang diabadikan. Objek yang menarik, seperti adegan membaca di rumah singgah, sekolah, atau tokoh-tokoh yang mencintai buku. Seperti halnya mural di Jokteng Wetan akan dibuat tokoh Gus Dur di atas kursi roda sedang membaca ditemai Tan Malaka.
Koran Harian Kedaulatan Rakyat 5 Maret 2010 (*Int Studio Diskom)

Minggu, 14 Maret 2010

It's Fun and It Works!

creAdtive sharing “ It’s fun and it work”
Ambient media & unconventional media
Ruang seminar DKV ISI Yogyakarta, Rabu 17 Maret 2010.
Jam 14.00 WIB
Gratis!

Speakers:
• Robi Mesin Perang
• Iqbal Rekarupa

Moderator:
Ipung kurniawan

Support doorprize :
- 16+
- Nichers
- ARS (junal seni rupa dan desain)
- Disko komik club

Kreatifitas dalam mengeksekusi media periklanan dan menciptakan
terobosan baru dalam beriklan merupakan syarat mutlak berhasilnya suatu strategi promosi. Menurunnya efektifitas beriklan melalui konvensional media, seperti media massa mendorong pemasar dan agen periklanan untuk menciptakan sebuah media beriklan yang baru untuk memikat perhatian audiens. Ambient media atau lebih populer disebut sebagai media lingkungan yang berkembang pesat akhir-akhir ini
merupakan salah satu terobosan kreatif dalam iklan jenis non konvensional media. Semangat yang dibawa oleh ambient media adalah memberikan pengalaman yang tidak terlupakan (memorable expeperience) kepada konsumen. Dalam perkembangannya, ambient media memanfaatkan dan mengintegrasikan lingkungan sebagai bagian dari iklan itu sendiri. Ambient media seringkali tidak menampilkan pesan verbal dan namun sifatnya yang unik dan tampil berbeda juga membujuk media lain untuk tidak segan meliput momen tersebut, sehingga ambient media seringkali menciptakan sebuah pembahasan dan menjadi topik pembicaraan di tengah masyarakat. Ambient media dapat dikatakan efektif dan menjadi solusi apabila media tersebut mampu menyedot perhatian audiens dan menumbuhkan identitas merk (brand identity) yang positif di benak audiens. Disebabkan ambient media sangat terkait dengan lingkungan maka eksekutor media perlu mempertimbangkan aspek sosial dan budaya, sehingga tidak memberi
kesan mengganggu atau mengotori lingkungan di lokasi yang akan digunakan. Di Indonesia, terutama di kota-kota besar, keberadaan ambient media sudah mengisi berbagai sudut di ruang kota. Hal ini membuktikan bahwa ambient media sudah menjadi salah satu media yang banyak dilirik oleh pemasar, meskipun jika dibandingkan dengan negara-negara lain jumlah ambient media di Indonesia bisa dikatakan masih terbatas.
(*Int. Studio Diskom)

Kamis, 04 Maret 2010

Menangkap Momen dalam Sebingkai Karya Foto



Kejelian menangkap momen puncak dari suatu peristiwa, kemudian membekukannya dalam sebuah karya foto, menjadi syarat mutlak fotografer untuk menghasilkan karya menarik dan sanggup bercerita kepada pengapresiasinya. Kejelian itu pula yang mendasari tema perburuan foto mahasiswa program studi Desain Komunikasi Visual Institut Seni Indonesia yang tergabung dalam komunitas fotografi Titik Api.

Perburuan foto selama kurun waktu sekitar satu tahun oleh 26 fotografer anggota komunitas tersebut disuguhkan dalam pameran bertajuk "One Moment, One Shoot" di Galeri Biasa, Jalan Suryodiningratan, Yogyakarta. "Kegiatan berburu foto dilakukan sebulan sekali dengan dilandasi kebebasan berekspresi," ujar ketua panitia pameran, Ferry Arwiz, seusai acara pembukaan pameran, Senin (1/3) malam.

Hasil perburuan di berbagai tempat di Yogyakarta maupun di Jawa Tengah tersebut lalu ditampilkan dalam 48 karya foto yang dipajang dalam bingkai-bingkai hitam.

Berbagai karya yang dipamerkan tampak berusaha menampilkan momen- momen menarik serta hal-hal unik di lingkungan sekitar, yang mungkin terlewatkan oleh pengamatan masyarakat. Salah satu karya yang berhasil mewakili tema pameran adalah foto karya Danu Hernanto berjudul Opo Kuwi, Bu?.

Foto tersebut mampu menampilkan secara baik momen dan ekspresi takjub seorang bocah perempuan yang tengah duduk di pundak ibunya, yang merupakan warga negara asing. Penyajian foto hitam putih juga mampu mengekspresikan kehangatan hubungan antara sang ibu dan anak perempuannya.

Foto lain yang juga menarik dalam hal ketepatan menangkap momen adalah foto karya Arya Manggala yang berjudul Bangkitlah kawan, sambutlah kami& Acungkan tangan, salam tiga jari!!. Foto itu berhasil mengabadikan ekspresi menarik seorang pemain bass yang menggunakan kembang api pada ujung gitar bassnya. Foto diambil pada sebuah pertunjukan musik.

Selain menghadirkan foto yang menonjolkan ketepatan momen, pameran yang berlangsung hingga hari ini juga menampilkan sejumlah karya foto pemandangan atau keunikan suatu tempat. Sejumlah hasil pemotretan menampilkan model perempuan pada sejumlah candi atau studio yang turut memeriahkan pameran.

Ekspresi kreatif

Sebagian foto juga menggunakan olah digital dalam penyajiannya. Menurut Ketua Program Studi DKV ISI Hartono Karnadi, hal tersebut merupakan bagian dari ekspresi kreativitas para peserta pameran dan justru bermanfaat mendukung proses pembelajaran mereka selama menimba ilmu di program studi itu.

Selain memberikan apresiasi terhadap kreativitas peserta pameran, Hartono menilai, hadirnya komunitas fotografi yang lahir 19 November 2008 itu juga mampu memupuk semangat kebersamaan antarmahasiswa. Kebersamaan merupakan bagian penting dalam proses belajar pada jenjang mana pun.

Kebersamaan itu diharapkan dapat menghidupkan dan menghangatkan suasana kampus tempat mereka menimba ilmu sehari-hari.

Ajang pameran semacam itu jelas bukan untuk menghasilkan profit atau keuntungan finansial, layaknya pameran fotografer profesional. Pameran lebih sebagai kesempatan mahasiswa menunjukkan pencapaiannya.

Ibarat jalan, para penampil tersebut masih menyusuri jalan panjang. Masih banyak pilihan, berhenti selamanya atau melanjutkan perjalanan yang mensyaratkan kreativitas. Tanpa henti.

(c) dikutip dari koran harian KOMPAS, FERGANATA INDRA RIATMOKO

Selasa, 23 Februari 2010

Challenging Heroes

Diskomfest 2 Suguhkan Hasil Karya Desainer Jogja
(liputan by trulyjogja.com)

Aneka macam desain visual yang kreatif dan penuh ide segar kali ini menambah keramaian berbagai pameran di penghujung tahun. Salah satunya pameran Diskomfest 2 (desain komunikasi festival) yang digelar di Gedung E Benteng Vredeburg kali ini mengambil tema "Challenging Heroes". Pameran desain komunikasi visual yang ke-2 ini dihiasi dengan bermacam jenis karya. Mulai dari poster, komik, ilustrasi hingga film animasi juga dimunculkan dalam pameran kali ini. Karya tersebut masing-masing memiliki tema dan diapresiasikan dalam berbagai macam jenis desain visual yang menarik. Sekitar lebih dari 300 buah karya ikut ambil bagian, dan tervisualisasikan dalam berbagai macam jenis media. Baik cetak, grafis komputer maupun penggunaan instalasi digunakan sebagai media berekspresi.

Tak hanya peserta dari Jogja, di pameran ini tampak pula karya-karya milik perserta yang berasal dari luar Jogja. Mereka antara lain berdomisili di Jakarta, Malang, dan Solo. Walau bervariasi, namun kebanyakan dari mereka menampilkan karya yang berupa poster dan ilustrasi. Tidak berhenti di situ saja. Para pelajar rupanya juga diberi kesempatan untuk ikut ambil bagian di Diskomfest kali ini. Hasil karya dari pelajar SMU se-Jogja, selain dipajang untuk dipamerkan, juga akan dilombakan untuk beberapa kategori. Dilihat dari karyanya, para pelajar SMU ini juga tak bisa dikatakan kalah bersaing dengan karya-karya dari peserta lain yang kebanyakan adalah para mahasiswa. Selain pameran, diadakan pula Seminar dan Creative Sharing dengan menyuguhkan berbagai tema-tema kreatif dalam dunia desain komunikasi visual dan periklanan. Workshop animasi grafis dan film kartun juga diselenggarakan untuk meramaikan Diskomfest 2. Sebagai pelengkap, bazaar buku dari bermacam percetakan siap sedia di halaman tengah benteng Vredeburg untuk menampung keingintahuan dari para pengunjung. Pameran yang berlangsung sampai dengan tanggal 9 Desember ini, akan ditutup dengan berbagai hiburan dari berbagai band dan juga pembacaan pemenang award tingkat pelajar SMU se-Jogja di plaza Monumen Serangan Oemoem 1 Maret.


Kamis, 18 Februari 2010

See the sound exhibition di akhir tahun 2009

MUSIK : UNIVERSALITAS DALAM NADA DAN IRAMA


Sebuah mobil sporty pelan melintas. Meski kaca mobil tertutup rapat, “jedhag – jedhug”, musiknya terdengar dari luar. Si pengemudi, anak muda, sendirian lagi, kepalanya terangguk – angguk tak hneti – hentinya ikuti irama music, mirip burung Kakatua sehabis mnyantap pisang dan kates jingga. Sementara di pinggir trotoar, pengemis renta juga bermusik, namun melalui bunyi keroncongan perut yang jarang terisi. “ Musik itu bisa bunyi – bisa suara, musik itu bernada dan berirama”, begitu kata Pak Roeman saat mengajar mata kuliah Apresiasi Seni Musik di ASRI Gampingan 1976. Anak muda yang gigih mengangguk – angguk adalah penikmat music, dan pengemis renta yang perutnya keroncongan adalah penderita musik.
Musik itu universal”, ucap Om Adhi MS dalam wawancara televise saat mendirikan Twlight Orchestra 1992, “Musik mampu melintas batas ras, bangsa, suku, generasi, usia, jenis kelamin.” Bayti umur 2 bulan sudah bisatertawa menikmati bunyi “icik – icik” mainan penghibur bayi, ataupun dentang – dentang alunan music dari mainan putar boneka keci; pebalet. Remaja generasi Pak Dhe tatkala remaja dulu: The Beatles (1962- 1970). Minat anak muda Indonesia terhadap music klasik barat abad 17 – 18 makin meningkat saja akhir – akhir ini.
Musik mampu member inspirasi tentang banyak hal yang terkait dengan kehidupan manusia: tentang kebaikan, perdamaian, semangat hidup, perjuangan keadilan, kenangan, masa silam, harapan masa depan, khayalan, puja- puji keagamaan, dan sebagainya. Lagu anak – anak “ Bintang Kecil “ , Ibu Kasur, 1955, member inspirasi daya khayal dan wawasan sederhana tentang diri, langit, dan bintang sebagai kesatuan alam. Lagu “Imagine” , John Lennon, 1978, member inspirasi tentang kemanusiaam dan perdamaia. Lima tahun sebelum Neil Amstrong da Apollo 11 mendarat di bulan, pada tahun 1969, Ernie Djohan – penyanyi poip asal Minang – telah “mendahului sampai rembulan” melalui lagu “ Tamasya ke Bulan”. Apakah Ernie Djohan telah member inspirasi semangat antariksa kepada astronaut USA sehingga sukses menjejakkan kakinyadi bulan? Sepertinya terlalu jauh nyambungnya……tapi siapa tahu?

MUSIK: INSPIRASI DALAM KEHIDUPAN
Setiap orang, apalagi yang berkiprah di jalur kreatif, senantiasa ingin berkarya. Dorongan ini ada karena pada dasarnya manusia memiliki daya imajinasi, daya fantasi, serta daya kreasi, dengan tingkatan kadar yang saling beda. Dengan berkarya, diri dapat teraktualisasi. Melaui karya, diribia member sumbangsih nilai – nilai positif bagi sesame insane, lingkungan, alam, juga mungkin bias menginspirasi orang lain untuk berbuat, berkipraj, berkarya dengan sikap dan cara masing – masing. Sesederhana apapun, diri masing – masing ingin berkiprah semampunya .

Seorang pengamen setengah gagu dengan busana rapi beraksi di bus Sumber Kencono jalur Surabaya – Jogja. Berbekal kemampuan nyanyi pas – pasan dengan jenis suara “bindheng” dan beralat musik “perkusi” tepuk tangan saja, ia mendapat apresiasi sebagian penumpang bus yang nampaknya memaklumi keterbatasan vokal dan musiknya. Kesuksesannya menginspirasi pengamen lain yang agak idiot, tanpa alat bunyi – bunyian appaun, tanpa tepuk tangan sedikitpun, hanya berbekal pura- pura gagu menggumam – gumam tak jelas seakan lantunan lirik lagu yang juga tak popular – disertai senjata andalannya : pakaian sangat kumuh, badan bau, dan bibir senantiasa teteskan air lius. Keduanya cukup berhasil meraup koin penumpang bus yang dermawan. Yang pertama (setengah gagu, rapi) mendapat koin atas dasar belas kasih murni. Yang kedua (pura- pura gagu, kumuh, bau) mendapat koin atas dasar rasa jijik. Namun setidaknya dengan kemampuan sangat terbataspun, keduanya masih berupaya cukup gigih “berkreasi”, dan mudah – mudahan koin yang didapat dipergunakan untuk hal – hal yang bermanfaat, misal ikut serta nyemplungi Koin Peduli Prita….

MUSIK : INSPIRASI DALAM BERKARYA

Bagi insane DKV, musik dan nirmana (desain elelmenter) ibarat saling bersebelahan dipegang tangan. Keduanya cukup banyak memiliki kesamaan unsure, seperti value (tingkatan, tangga), irama (laras, kontras), repetisi (irama laras monoton, tunggal), interval (rapat, renggang), unity (kesatuan unsure). Selanjutnya dalam proses aplikasikarya gambar, desain grafis, dkv, ada pula kesamaan lanjut, seperti aspek pola komposisi (pola dasar tata unsure), corak, gaya, aliran. Semua unsure dan aspek tersebut baru bisa dijalankan atau diolah secara terpadu dan harmonis bila dihadirkan satu aspek inti yang lebih mendasar dan selalu mengawali proses berkarya, yakni gagasan kreatif. Ibarat konser musik, alat musik sudah disiapkan, sound system sudah dihidupkan, tata lighting sudah dinyalakan, pemusik sudah memegang alat, tinggal “jreng”. Namun tanpa keputusan gagasan tentang pilihan tema musik / lirik, urutan lagu, corak musik, komposisi permainan, gaya tampilan, maka niscaya pemusik akan bermain sendiri – sendiri tanpa kesatuan dan harmoni.

Gagasan kreatif, dari dua aspek: gagasan dan kretifitas. Ya, dengan dua aspek penting inilah sebuah karya dapat tersaji sesuai harapan (laras, indah, unik, menarik, dramatik, ataupun satirstik). Oleh karenanyalah muncul istilah “insane seni, insane kreatif”, seperti yang diungkapkan Pak Usmar Ismail pada acara pembukaan FFI di Jakarta 1974. Lazimnya, manusia punya keterbatasan diri. Gagasan dan kreativitas hidup dengan daya, dan yang namanya daya terkadang kurang lancer, terkadang seret, bahkan mampet. Bila keadaan sedang seperti ini, berbagai cara akan dilakukan untuk melancarkan munculnya inspirasi gagasan kreatif. Jaman ASRI Gampingan dulu, ada insan seni yang merenung – renung di bawah pohon beringin depan perpustakaan, ada yang naik towerair kampus, ada yang nongkrong bengong di teras warung Bu Marto samping Galeri Amri Yahya, atau nongkrong tengah malam di angkring kopi Mbah Wongso perempatan Wirbrajan berjam – jam bahkan lanjut malam – malam berikutnya. “Cari inspirasi….cari ide”, demikian alasan mereka sembari menerawang kosong langit kelam tak berbintang. Aapakah inspirasi lantas turun dan ide lantas muncul? Belum tentu…
Yang kurang terbiasa nongkrong, lebih suka ditemani radio dua band atau kaset tape dengan speaker cap gentong. Ada lagi ini, cari inspirasi dengan rajin jalan – jalan setiap senja – asal pas tidak hujan deras- jalur Wirobrajan – Mlioboro pp, dan insane ini cukup luar biasa apresiasi musiknya, mungkin didapat dari musik yang dilantunkan dari setiap took yang dilewatinya sepanjang 2 km selama bertahun – tahun. Ternyata cukup susah juga ya..menunggu turunnya wangsit, “ilham”, bisikan hati, atau apapun istilahnya.

Itu dulu...sekarang beda jaman, beda cara, beda gaya. Dulu musik cap gentong, kini MP3. Dulu PilPen (pilihan lagu pendengar radio), sekarang teleRequest radio dan TV lewat telpon dan HP. Seperti biasa, selalu ada perkembangan…Musik bukan seledar pemancing turunnya inspirasi, juga bukan sekedar pengiring atau pendamping proses berkreasi visual, namun ternyata bisa sebagai INSPIRASI itu sendiri, dengan kata lain musik sebagai sumber inspirasi . Dalam hal ini musik dan aspek musical diolahkreasikan sebagai konstruksi utama gagasan visual, sedangkan tema yang diangkat bisa apa saja yang terkait dengan aspek kehidupan manusia. Upaya semacam ini dalam bentuk sederhana pernah dicobalkukan anatar tahun 1973 – 1978 oleh kelompok kolaborasi ASRI – AMI dalam bentuk karya non dialog Teater Rupa – Musik yang memadukan aspek Nirmana, musikal dan teatrikal. Dalam masa yang hampir sama, kelompok musik “Soekar Madjoe” ASRI yang menyadari keterbatasan kemampuan bermusiknya (ditengah jaman penyanyi dan pemusik berpenampilan dadndan rapi, necis) dengan amat “pe de” berani tampil nyentrik, “aeng”, warna – warni no- matching, meriah, kadang lucu, namun tidak “saru” seperti kelompok musik Hadi Suseno. Tampilan nyentrik “aeng” tetap berusaha dilaraskan dengan tema musik / lirik, dengan “suasana“ lagu yang dimainkan.

Musik sebagai sumber inspirasi visual, dimungkinkan oleh adanya universalitas dan kesamaan unsure dasar musik dan nirmana. Karena musik itu abstrak (tak berwujud penampakan) maka olah visualnya cukup banyak menggunakan metode simbolisasi dan metafora, agar makna yang juga abstrak dapat tersampaikan. Sementara….kehidupan di alam fana dunia ini, alam baka, alam surga nanti, sesungguhnya – wahai manusia- penuh dengan simbol dan metafor bagi kita yang masih hidup ini.
Nah, sepertinya sudah mulai nyambung sekarang….
See The Sound

Asnar Zacky



Motion by Riyo R. dan Riswanto
Music by Ijal

Rabu, 17 Februari 2010

Keluarga besar studio diskom

UKM YANG BESAR KARENA BERDIKARI

Studio diskom? sumber ide, tempat sejumlah mahasiswa menaruh cat dan alat perang nya untuk Diskomfest (Festival Desain Komunikasi Visual), lebur dan larut bersama dalam nuansa kreatif sebuah kesederhanaan. Studio diskom adalah sebuah rumah yang menaungi segala bentuk karya cipta mahasiswa DKV ISI Yogyakarta. Seperti yang telah saya kutip dalam situs wikipedia, Desain Komunikasi Visual (DKV) atau yang akrab dengan sebutan Deskomvis ini pada dasarnya merupakan istilah penggambaran untuk proses pengolahan media dalam berkomunikasi mengenai pengungkapan ide atau penyampaian informasi yang bisa terbaca atau terlihat. Desain Komunikasi Visual erat kaitannya dengan penggunaan tanda-tanda (signs), gambar (drawing), lambang dan simbol, ilmu dalam penulisan huruf (tipografi), ilustrasi dan warna yang kesemuanya berkaitan dengan indera penglihatan. Luas sekali dan memang itulah dunia kami. Karna itu semua membuat kami berkelompok, ada sebuah komunitas pencinta Ilustrasi manual, pencinta film, pencinta komik, pencinta fotografi dan lain sebagainya. Segala macam perbedaan tadi memiliki sebuah rumah kecil dan sederhana, dan itulah STUDIO DISKOM. Telah banyak beberapa UKM yang besar dan aktif dalam lingkungan DKV ISI Yogyakarta, diantaranya, COMIC CLUB yang telah memiliki produk komik yang bernama "disko", komunitas Audio Visual HOMPIPA, komunitas ilustrasi manual DDF (Diskom Drawing Foundation), komunitas fotografi "TITIK API",majalah kompilasi ilustrasi manual seperti KOMPLIKAZINE, dan masih banyak keanekaragaman yang terdapat di studio diskom. Mereka adalah komunitas yang berdikari, semua terlahir karna satu visi dan misi yang sama. Yaitu keinginan yang kuat untuk berkarya. Dengan segala keterbatasan yang ada namun mampu melahirkan karya-karya yang dasyhat. Dan sekarang saatnya berkenalan? kamilah yang mereka sebut dengan"studio diskom".
*)Arif Ginanjar (http://killtody.carbonmade.com/)