Kejelian menangkap momen puncak dari suatu peristiwa, kemudian membekukannya dalam sebuah karya foto, menjadi syarat mutlak fotografer untuk menghasilkan karya menarik dan sanggup bercerita kepada pengapresiasinya. Kejelian itu pula yang mendasari tema perburuan foto mahasiswa program studi Desain Komunikasi Visual Institut Seni Indonesia yang tergabung dalam komunitas fotografi Titik Api.
Perburuan foto selama kurun waktu sekitar satu tahun oleh 26 fotografer anggota komunitas tersebut disuguhkan dalam pameran bertajuk "One Moment, One Shoot" di Galeri Biasa, Jalan Suryodiningratan, Yogyakarta. "Kegiatan berburu foto dilakukan sebulan sekali dengan dilandasi kebebasan berekspresi," ujar ketua panitia pameran, Ferry Arwiz, seusai acara pembukaan pameran, Senin (1/3) malam.
Hasil perburuan di berbagai tempat di Yogyakarta maupun di Jawa Tengah tersebut lalu ditampilkan dalam 48 karya foto yang dipajang dalam bingkai-bingkai hitam.
Berbagai karya yang dipamerkan tampak berusaha menampilkan momen- momen menarik serta hal-hal unik di lingkungan sekitar, yang mungkin terlewatkan oleh pengamatan masyarakat. Salah satu karya yang berhasil mewakili tema pameran adalah foto karya Danu Hernanto berjudul Opo Kuwi, Bu?.
Foto tersebut mampu menampilkan secara baik momen dan ekspresi takjub seorang bocah perempuan yang tengah duduk di pundak ibunya, yang merupakan warga negara asing. Penyajian foto hitam putih juga mampu mengekspresikan kehangatan hubungan antara sang ibu dan anak perempuannya.
Foto lain yang juga menarik dalam hal ketepatan menangkap momen adalah foto karya Arya Manggala yang berjudul Bangkitlah kawan, sambutlah kami& Acungkan tangan, salam tiga jari!!. Foto itu berhasil mengabadikan ekspresi menarik seorang pemain bass yang menggunakan kembang api pada ujung gitar bassnya. Foto diambil pada sebuah pertunjukan musik.
Selain menghadirkan foto yang menonjolkan ketepatan momen, pameran yang berlangsung hingga hari ini juga menampilkan sejumlah karya foto pemandangan atau keunikan suatu tempat. Sejumlah hasil pemotretan menampilkan model perempuan pada sejumlah candi atau studio yang turut memeriahkan pameran.
Ekspresi kreatif
Sebagian foto juga menggunakan olah digital dalam penyajiannya. Menurut Ketua Program Studi DKV ISI Hartono Karnadi, hal tersebut merupakan bagian dari ekspresi kreativitas para peserta pameran dan justru bermanfaat mendukung proses pembelajaran mereka selama menimba ilmu di program studi itu.
Selain memberikan apresiasi terhadap kreativitas peserta pameran, Hartono menilai, hadirnya komunitas fotografi yang lahir 19 November 2008 itu juga mampu memupuk semangat kebersamaan antarmahasiswa. Kebersamaan merupakan bagian penting dalam proses belajar pada jenjang mana pun.
Kebersamaan itu diharapkan dapat menghidupkan dan menghangatkan suasana kampus tempat mereka menimba ilmu sehari-hari.
Ajang pameran semacam itu jelas bukan untuk menghasilkan profit atau keuntungan finansial, layaknya pameran fotografer profesional. Pameran lebih sebagai kesempatan mahasiswa menunjukkan pencapaiannya.
Ibarat jalan, para penampil tersebut masih menyusuri jalan panjang. Masih banyak pilihan, berhenti selamanya atau melanjutkan perjalanan yang mensyaratkan kreativitas. Tanpa henti.
(c) dikutip dari koran harian KOMPAS, FERGANATA INDRA RIATMOKO
Tidak ada komentar:
Posting Komentar